SELAMAT DATANG DI BLOG ANGKATAN LAKAHIWA DAN HILWA 2008 PONDOK MODERN ASSALAM SUKABUMI, JAWABARAT, INDONESIA

Kamis, 13 Juni 2013

Percikan Hikmah

Oleh: Anak-anak Lakahiwa & Hilwa 2008

Kita memang tidak akan pernah tahu, kapan dan dimanakah muara akhir episode perjalanan hidup ini? Begitu panjang jalan yang kita tempuh dan begitu banyak tempat pemberhentian untuk kita berhenti, sejenak melepas lelah, kemudian kita lalui dan pergi meninggalkannya.

Kadang jalan penuh liku dan terjal, tapi disanalah kita mengarungi kisah lalu meninggalkannya, kemudian mengarungi kisah baru yang barang kali akan menjadi cerita yang mungkin juga akan menjadi kisah hidup yang teramat indah bahkan mungkin juga menjadi kisah yang membuat kita bersedih.
Keindahan dan kesedihan selalu bertaruh menempuh waktu yang begitu panjang, mengguris, menghujam sampai dikedalaman yang teramat sangat dengan satu tujuan untuk keluar menjadi pemenang. Mungkin juga ia akan kalah atau menang, dua-duanya adalah perjalanan yang tepat harus ditempuh dan dimaknai sebagai perjuangan hidup sebab itu adalah martabat.
Barang kali ada yang harus kita sadari dan kita insyafi, bahwa tidak akan pernah ada satupun yang akan sanggup bertarung melawan waktu, karena waktu bukanlah kalah atau menang, dia adalah siklus masa dan hari yang terus bergerak dan tak kan pernah berhenti, ataupun mendur kembali untuk mengulangi kisahnya, sama sekali takkan pernah! Sedang kita pasti berhenti, mungkin karena kelelahan, atau itulah akhir dari cerita kisah hidup kita atau memang benar-benar saat itulah kisah dan riwayat hidup kita berhenti karena kita mati.
Hidup dan mati memang kuasa tuhan, dan waktu adalah rahasiahnya, sedangkan kemahadahsyatan-Nya tidak pernah kita mengerti dengan sempurna. Namun, ada hal yang harus kita pahami lalu kita hikmati bahwa penghargaan Allah memberikan hidup kepada setiap makhluk adalah anugerah-Nya yang tiada tara. Siapa pu akan menerima anugerah hidup, tetapi bagi kita sebagai manusia, anugrah hidup ini benar-benar harus kita syukuri dengan pengertian syukur yang sesungguhnya, karena memang tidak ada yang pantas untuk tidak disyukuri. Selain nikmat hidup, masih banyak anugerah dan nikmat yang berlimpah-limpah dan takan pernah habis sampai kita menjelang ajal, meninggalkan dunia fana. Allah selalu mempertanyakan kepada manusia tentang kesyukuran manusia kepada-Nya, sebagaimana didalam surat Ar-rahman dalam ayat-Nya yang berbunyi:
فَبِأَيِّ ءَالآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
“Maka nikmat Allah manakah yang kamu dustakan?”
Ayat ini diulang-ulang sampai tiga puluh satu kali, itu dimaksudkan agar benar-benar perenungan yang mendalam.
Cahaya hidup penerang jalan panjang yang penuh membentang menuju cita-cita tidaklah hanya dengan hidup. Dia harus berlalu bersama ilmu pengetahuan dan iman, sedang imanlah yang mengejewantahkan sampai sedalam apakah pengabdian kita kepada-Nya. Kesejatian hidup dan kesejatian iman adalah mata rantai yang harus menjadi ujung tombak untuk menembus kegelapan, membelah dan membebaskan belenggu ketidak berdayaan, membunuh kebodohan, agar kita benar-benar dapat menemukan tempat pemberhentian perjalanan sebagai tempat pemberhentian yang benar-benar bermartabat, itulah cita-cita dalam ridha-Nya.
Saudaraku...
Tak sedikit air mata yang tumpah karena kita menangis sebab kesedihan yang mungkin melukai mata hati dan jiwa kita, yang menyebabkan kita tak berdaya mengahadapinya atau mungkin juga air mata bahagia yang membuat seluruh rasa luruh bergelora membahana disetiap raga kita, karena keindahan yang menakjubkan bahkan membuat haru biru kita.
Air mata adalah juga lembah ungkapan jiwa yang bermuara disukma kita, dia adalah kejujuran, ia adalah kesungguhan, air mata adalah mengarungi samudera bahkan bertaruh dibadai gelombang menerjang karang demi berlabuh ditepi pantai tanah impian atau mungkin terbang tinggi ke langit biru menjadi sahabat bagi segala yang ada diangkasa raya bintang dan matahari.
Air mata adalah rahasia, air mata adalah kesungguhan do’a, ternyata kata kuncinya adalah perjuangan dan do’a. Kita harus mengungkap semua kekuatan diri, agar kita tidak hanya pandai menanam, tetapi pandai juga memetiknya kemudian menanamnya kembali, terus dan terus..., atau kita tidak hanya pandai.
Mencium aroma wewangian bunga-bunga yang merekah tumbuh di taman. Atau melihat musim dimana bunga-bunga berguguran di padang lepas, atau ranting-ranting yang patah di belantara. Tatapi haruslah kita tetap berjuang sekemampuan kita untuk juga memahami mengapa semua itu terjadi?. Apakah rahasia dibaliknya?.
Saudaraku...
Bila siang datang, mungkin kita akan memahami makna kegelapan. Malam adalah juga rahasia illahi yang teramat dahsyat, yang mungkin kita faham sebagian saat yang baik untuk mengistirahatkan setiap raga, agar jiwa tetap dalam genggaman-Nya.
Bila siang tiba, bercahayalah matahari dan benderang dunia, adalah saat raga bangkit menatap hari memamandang jauh kedepan, berjalan dan bahkan mungkin berlari sekencang-kencangnya, peluh keringat terlepas...jatuh diatas tanah, basahlah menjadi saksi bahwa bumi inilah tempat kita berpijak, bahwa lagitlah tempat kita berteduh, bahwa tanahlah tempat kita dikubur, dan itu pasti datang.
Allah... disetiap ujung jemariku, adalah lafadz do’a-do’aku yang selalu bersumpah demi keagungan-Mu. Disetiap sudut ruang di jantung jiwaku terbingkai kata bersumpah demi kebesarann-Mu, karena di setiap jengkal tanah bumi ini selalu meninggalkan jejak tapak kaki mengarungi waktu dan episode.
Allah... engkau yang menggenggam sukma kami, engkau pasti lebih tahu dimanakah takdir akhir episode ini akan bermuara, karena begitu banyak kisah cerita yang tak sanggup ku fahami satu demi satu.
Allah... berilah yang terbaik bagiku sepanjang waktu dalam hidupku. Berilah kekuatan kepadaku untuk mempertaruhkan dan mempertahankan kesetiaan imanku pada-Mu Allah.... Inilah diriku, hanya kepadamu kupersembahkan kepadanya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar